MODUL PERTEMUAN KE - 2

Dosen: Miftahul Ulum, M.Pd.

Jadwal:
Hari Jumat Kelas 3B Pukul 16.00
Hari Sabtu Kelas 3C Pukul 16.00

MODUL PERTEMUAN KE - 3

Dosen: Miftahul Ulum, M.Pd.

Jadwal:
Hari Jumat Kelas 3B Pukul 16.00
Hari Sabtu Kelas 3C Pukul 16.00

MODUL PERTEMUAN KE - 4

Dosen: Miftahul Ulum, M.Pd.

Jadwal:
Hari Jumat Kelas 3B Pukul 16.00
Hari Sabtu Kelas 3C Pukul 16.00

Modul Pertemuan Kedua

Komunikasi Pembelajaran PAI

Mahasiswa dapat memahami konsep media pembelajaran secara teori dan praktik dan dapat menerapkan dalam kehidupan sehari-hari. Terampil (Profesional) dalam memilih, menggunakan/memanfaatkan, dan membuat media pembelajaran

RUANG LINGKUP MEDIA PEMBELAJARAN PAI

 

A. Pengertian Media Pembelajaran PAI

Berkenaan dengan definisi dari Media Pembelajaran ada banyak definisi yang bisa dicantumkan, namun dalam hal ini, penulis merasa hanya perlu menyampaikan beberapa definisi sesuai kebutuhan atau operasional perkuliahan, diantara definisi yang perlu penulis cantumkan dalam naskah ini: 1) Definisi dari media ditinjau dari sisi bahasa, 2) Definisi dari para ahli dan definisi secara operasional yakni sesuai dengan topik mata kuliah.

Definisi Media ditinjau dari segi bahasa

Media berasal dari bahasa latin dan merupakan bentuk jamak dari kata medium yang berarti “Pengantar atau Perantara.[1] Jadi secara bahasa media diartikan sebagai pengantar pesan dari pengirim kepada penerima pesan. Namun jika ditarik definisi secara khusus Azhar Arsyad mengartikan media sebagai alat-alat grafis, photografis, atau elektronis untuk menangkap, memproses dan menyusun kembali informasi visual atau verbal.[2]

Definisi menurut para Ahli

Fleming mendefinisikan media sebagai penyebab atau alat-alat yang turut campur tangan dalam dau pihak dan mendamaikannya. Pengertian yang disampaikan Fleming kesannya menunjukan definisi datar dan biasa saja. Namun kata media pada istilah populer lain seriang digunakan dengan istilah mediator, dimana istilah ini lebih menunjukan fungsi atau peranannya, yaitu mengatur hubungan yang efektif antara dua pihak utama dalam proses belajar peserta didik dan isi pelajaran.

Sementara itu, menurut Anderson, media pembelajaran adalah media yang memungkinkan terwujudnya hubungan langsung antara karya seseorang pengembang mata pelajaran dengan para siswa. Secara umum wajarlah bila peranan guru yang menggunakan media pembelajaran sangatlah berbeda dari peranan seorang guru ‘biasa. Ringkasnya sebagaimana yang disampaikan oleh Azhar Arsyad meida adalah alat yang menyampaikan atau mengantarkan pesan-pesan pembelajaran[3]

Definisi Operasional

Sedangkan menurut pengertian operasionalnya media diartikan sebagai alat atau sarana penunjang tercapainya pembelajaran baik yang bersifat visual, atau non visual. Semua aspek tersebut harus mampu merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan minat serta kemauan peserta didik sedemikian rupa sehingga proses belajar terjadi dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran efektif.

Definisi di atas, didasarkan pasa asumsi bahwa proses pembelajaran identik dengan sebuah komunikasi. Dalam berkomunikasi terdapat komponen-komponen yang terlibat di dalamnya, seperti sumber pesan (orang), pesan (Materi yang tertuang dalam kurikulum), penerima pesan (Decoding), media (Alat penyalur atau penyampai pesan) dan umpan balik.

B. Indikator Media Pembelajaran

Media pembelajaran memiliki ciri-ciri umum sebagai berikut:[4]

  1. Media pendidikan memiliki pengertian fisik yang dewasa ini dikenal sebagai hardware (perangkat keras), yaitu sesuatu benda yang dapat dilihat, didengar, atau diraba dengan pancaindera.
  2. Media pendidikan memiliki pengertian nonfisik yang dikenal sebagai software (perangkat lunak), yaitu kandungan pesan yang terdapat dalam perangkat keras yang merupakan isi yang ingin disampaikan kepada peserta didik.
  3. Penekanan media pendidikan terdapat pada visual dan audio.
  4. Media pendidikan memiliki pengertian alat bantu pada proses belajar baik di dalam maupun di luar kelas.
  5. Media pendidikan digunakan dalam rangka komunikasi dan interaksi guru dan peserta didik dalam proses pembelajaran.
  6. Media pendidikan dapat digunakan secara massal (misalnya : radio, televisi), kelompok besar dan kelompok kecil (misalnya : film, slide

C. Landasan Teoritis

Burner menyebutkan bahwa ada tingkatan utama modus belajar: 1) Enactive (Pengalaman langsung), 2) Iconic (Pengalaman pictorial gambar), 3) Symbolic (Pengalaman Abstrak).[5] Hal ini bisa diilustrasikan dalam praktik shalat atau wudhu, dalam memahami praktik shalat dan whudu anak dituntut untuk memiliki penglaman langsung (parktik) mengerjakan shalat atau wudhu inilah yang disebut sebagai moud enacitve, sedangkan pada tahap kedua yakni modus iconic pemahaman tentang shalat dan wudhul dipelajari melalui gambar, foto, film atau rekaman video tentang shalat dan wudhu. Selanjutnya pada tingkatan pengalaman abstrak, peserta didik memahaminya lewat membaca atau mendengarkan uraian tentang shalat dan wudhu.

Uraian di atas memberikan petunjuk bahwa agar proses belajar mengajar dapat berhasil dengan baik, peserta didik sebaiknya diajak untuk memanfaatkan semua alat inderanya. Guru berupaya untuk menampilkan rangsangan (stimulus) yang dapat diproses dengan berbagai indera. Semakin banyak alat indera yang digunakan untuk menerima dan mengolah informasi semakin besar kemungkinan informasi tersebut dimengerti dan dapat dipertahankan dalam ingatan.d engan demikian, peserta didik diharapkan akan dapat menerima dan menyerap dengan mudah dan baik pesan-pesan dalam materi yang disajikan.

Teori yang biasa digunakan penggunaan media dalam proses belajar adalah Dale’s Come of Experience yakni “Kerucut Pengalaman Dale). Teori ini secara detail menjelaskan:

Kerucut ini merupakan gambaran rinci dari 3 modus belajar yang disampaikan oleh Bunner, dimana hasil belajar seseorang diperoleh mulai dari pengalaman langsung, yang didapat dari kenyataan di lingkungan kehidupan seseorang kemudian melalui benda, sampai pada lambang verbal (abstrak). Semakin ke atas di puncak kerucut semaik abstrak media media penyampai pesan itu. Namun penting juga digaris bawahi, bahwa siklus pembelajaran tidak harus selalu dimulai dari enactive-abstrac tapi dimuali dengan jenis pengalaman yang dialami sesaui kebutuhan dan kemampuan kelompok peserta didik yang dihadapi dengan mempertimbangkan situasi belajarnya.

Istilah Learning by Doing merupakan gagasan pembelajaran yang menitikberatkan pada pengelaman secara langsung dimana dampak dari konsep ini akan memberikan kesan utuh dan bermakna bagi peserta didik. Gagasan yang terkandung dalam pengalaman itu, melibatkan indera penglihatan, pendengaran, perasaan, penciuman dan peraba. Hal ini bisa dicontohkan dalam keikutsertaan dalam kegiatan pengelolaan zakat, penyembelihan hewan korban, shalat berjamaah, dan lain-lain. Pengalaman-pengalaman tersebut memberikan dampak langsung terhadap pemerolehan dan pertumbuhan pengetahuan, keterampilan, dan sikap peserta didik.

Disamping itu, faktor lain yang perlu diperhatikan sebagai penunjang keefektifan pembelajaran yakni guru mampu mendeteksi tipe atau gaya belajar peserta didik. Gaya belajar adalah kecenderungan seseorang untuk menggunakan cara tertentu dalam belajar sehingga akan dapat belajar dengan baik. Secara umum dikenal tiga macam gaya belajar, yaitu visual, auditorial dan kinestetik. Belajar visual adalah belajar melalui apa yang mereka lihat, pelajar auditorial melakukannya melalui apa yang mereka dengar, sedangkan kinestetik belajar lewat gerak dan sentuhan.[6]

Adapun ciri-ciri dari ketiga gaya belajara diatas:

Gaya belajar Visual:

  1. Teliti terhadap yang detail
  2. Mengingat dengan mudah apa yang dilihat,
  3. Mempunyai masalah dengan instruksi lisan
  4. Tidak mudah tergantung dengan suara gaduh
  5. Pembaca cepat dan tekun
  6. Lebih suka membaca daripada dibacakan
  7. Lebih suka metode demonstrasi daripada ceramah
  8. Bila menyampaikan gagasan sulit memilih kata
  9. Rapi dan teratur
  10. Penampilan sangat penting.

Gaya Belajar Auditorial

  1. Bicara pada diri sendiri saat bekerja,
  2. Konsentrasi mudah terganggu oleh suara ribut,
  3. Senang bersuara keras ketika membaca,
  4. Sulit menulis, tapi mudah bercerita,
  5. Pembicara yang fasih,
  6. Sulit belajar dalam suasana bising,
  7. Lebih suka musik daripada lukisan,
  8. Bicara dalam irama yang terpola,
  9. Lebih suka gurauan lisan daripada membaca buku humor
  10. Mudah menirukan nada, irama dan warna suara.

Gaya Belajar Kinestik

  1. Berbicara dengan perlahan
  2. Menanggapi perhatian fisik
  3. Menyentuh orang untuk mendapat perhatian
  4. Banyak bergerak dan selalu berorientasi pada fisik
  5. Menggunakan jari sebagai penunjuk dalam membaca
  6. Banyak menggunakan isyarat tubuh
  7. Tidak bisa duduk diam dalam waktu lama
  8. Menyukai permainan yang menyibukkan
  9. Selalu ingin melakukan sesuatu
  10. Tidak mudah mengingat letak geografi.

Adanya ragam gaya belajar di atas, haruslah menjadi pertimbangan penting bagi guru dalam mengelola pembelajaran, jika didapati peserta didik dominan memiliki gaya belajar visual dan audiotorial maka kemungkinan tipe media dan metode yang digunakan harus lebih mengarah pada penggunaan gambar, video dan jenis lainnya. Sehingga hal ini bisa menjadi poin penting bagi guru dalam mengelola pembelajaran yang efektif.

D. Ciri, Fungsi dan Manfaat Media Pembelajaran

Menurut Gerlach & Ely dalam Azhar, ada tiga ciri media yang merupakan petunjuk mengapa media digunakan dan apa apa saja yang bisa dilakukan media yang guru mungkin tidak mampu untuk melakukannya:[7]

Ciri Media Pembelajaran

  1. Fixative Property

Ciri ini menggambarkan kemampuan media merekam, menyimpan, melestarikan, dan merekonstruksi suatu peristiwa atau objek. Suatu peristiwa atau objek dapat diurut dan disusun kembali dengan media seperti fotografi, video tape, audio tape, disket komputer, dan film. Suatu objek yang telah diambil gambarnya (direkam) dengan kamera atau video kamera dengan mudah dapat direproduksi dengan mudah kapan saja diperlukan. Dengan ciri fiksatif ini, media memungkinkan suatu rekaman kejadian atau obyek yang terjadi pada satu waktu tertentu ditransportasikan tanpa mengenal waktu. Contohnya adalah peristiwa tsunami, gempa bumi, banjir, dan sebagainya dapat diabadikan dengan rekaman video, pelaksanaan ibadah haji juga dapat direkam dengan kamera atau alat perekam audio visual sehingga dapat digunakan sebagai media pendidikan agama Islam.

2. Manipulative Property

Transformasi suatu kejadian atau objek dimungkinkan karena media memiliki ciri manipulative. Kejadian yang memakan waktu berhari-hari atau bahkan berbulan-bulan dapat disajikan kepada peserta didik dalam waktu yang lebih singkat lima sampai sepuluh menit. Misalnya, bagaimana proses pelaksanaan ibadah haji dapat direkam dan diperpendek prosesnya menjadi lima sampai sepuluh menit, demikian pula proses kejadian manusia mulai dari pertemuan sel telur dengan sperma hingga lahir menjadi seorang bayi. Disamping dapat dipercepat, suatu kejadian dapat pula diperlambat pada saat menayangkan kembali hasil suatu rekaman video. Misalnya, proses terjadinya gempa bumi yang hanya kurang dari satu menit dapat diperlambat sehingga lebih mudah dipahami oleh peserta didik bagaimana proses terjadinya gempa tersebut.

 

  1. Distributive Property

Ciri distributif dari media memungkinkan suatu objek atau kejadian ditransportasikan melalui ruang, dan secara bersamaan kejadian tersebut disajikan kepada sejumlah besar peserta didik dengan stimulus pengalaman yang relatif sama mengenai kejadian itu. Dewasa ini, distribusi media tidak hanya terbatas pada satu kelas atau beberapa kelas pada sekolah-sekolah di dalam suatu wilayah tertentu, tetapi juga media itu, misalnya rekaman video, audio, disket komputer dapat disebut ke seluruh penjuru tempat yang diinginkan kapan saja, sehingga media tersebut dapat digunakan untuk banyak kelompok di tempat yang berbeda dalam waktu yang sama.

E. Fungsi dan Keguanan Media Pembelajaran

  1. Fungsi Media Pembelajaran

Fungsi afektif media visual dapat terlihat dari tingkat kenikmatan peserta didik ketika belajar (atau membaca) teks yang bergambar. Gambar atau lambang visual dapat menggugah emosi dan sikap peserta didik, misalnya informasi yang menyangkut masalah sosial atau ras. Fungsi kognitif media visual terlihat dari temuan visual atau gambar memperlancar pencapaian tujuan untuk memahami dan mengingat informasi atau pesan yang terkandung dalam gambar. Fungsi kompensatoris media pembelajaran terlihat dari hasil penelitian bahwa media visual yang memberikan konteks untuk memahami teks membantu peserta didik yang lemah dalam membaca untuk mengorganisasikan informasi dalam teks dan mengingatnya kembali.[8]

Dengan kata lain, media pembelajaran berfungsi untuk mengakomodasikan informasi dalam teks dan mengingatnya kembali. Dengan kata lain, media pembelajaran berfungsi untuk mengakomodasikan peserta didik yang lemah dan lambat menerima dan memahami isi pelajaran yang disajikan dengan teks atau disajikan secara verbal.

Lebih diperjelas oleh Kemp dan Dayton, bahwa media pembelajaran dapat memenuhi tiga fungsi utama yakni:[9]

  • Memotivasi Minat dan tindakan

Dalam memenuhi fungsi Motivasi Media pembelajaran dapat direalisasikan dengan teknik drama atau hiburan. Hasil yang diharapkan adalah melahirkan minat dan merangsang para peserta didik atau pendengar untuk bertindak (turut memikul tanggung jawab, melayani secara sukarela, atau memberikan sumbangan material). Pencapaian tujuan ini akan mempengaruhi sikap, nilai, dan emosi.

  • Menyajikan Informasi

media pembelajaran dapat digunakan dalam rangka penyajian informasi dihadapan sekelompok peserta didik. Isi dan bentuk penyajian bersifat amat umum, berfungsi sebagai pengantar, ringkasan laporan, atau pengetahuan latar belakang. Penyajian dapat pula berbentuk luburan, drama, atau teknik motivasi. Ketika mendengar atau menonton bahan informasi, para peserta didik bersifat pasif.

  • Memberi Intruksi

Media berfungsi untuk tujuan instruksi di mana informasi yang terdapat dalam media itu harus melibatkan peserta didik baik dalam benak atau metal maupun dalam aktifitas yang nyata sehingga dapat terjadi. Materi harus dirancang secara lebih sistematis dan psikologis dilihat dari segi prinsip-prinsip belajar agar menyiapkan instruksi yang efektif. Di samping menyenangkan, media pembelajaran harus dapat memberikan pengalaman yang menyenangkan dan memenuhi kebutuhan perorangan peserta didik.

2. Kegunaan Media Pembelajaran

Arief Sadirman menyampaikan kegunaan dari media pembelajaran diantaranya:[10]

  • Memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu bersifat visual.
  • Mengatasi keterbatasan ruang waktu, dan daya indera,
  • Penggunaan media pendidikan secara tepat dan bervariasi dapat mengatasi sikap pasif anak didik. Dalam hal media pendidikan berguna untuk meningkatkan kegairahan belajar, memungkinkan peserta didik belajar sendiri berdasarkan minat dan kemampuannya, dan memungkinkan interaksi yang lebih langsung antara peserta didik dengan lingkungan dan kenyataan.
  • Memberikan rangsangan yang sama, dapat menyamakan pengalaman dan persepsi peserta didik terhadap isi pelajaran.

Sedangkan Hamalik menyebutkan pemanfaatan, media dalam pembelajaran dapat membangkitkan keinginan dan minat baru, meningkatkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar dan bahkan berpengaruh secara psikologis kepada peserta didik. Selanjutnya diungkapkan bahwa penggunaan media pembelajaran akan sangat membantu keefektifan proses pembelajaran dan penyampaian informasi (pesan dan isi pelajaran) pada saat itu.[11]

Sudjana & Rifai mengemukakan kegunaan/manfaat media pembelajaran dalam proses belajar peserta didik, yaitu:[12]

  • Pembelajaran akan lebih menarik perhatian peserta didik sehingga dapat menumbuhkan motivasi belajar ;
  • Bahan pembelajaran akan lebih jelas maknanya sehingga dapat lebih dipahami oleh peserta didik dan memungkinkannya menguasai dan mencapai tujuan pembelajaran.
  • Metode mengajar akan lebih bervariasi, tidak semata-mata komunikasi verbal melalui penurunan kata-kata oleh guru, sehingga peserta didik tidak bosan dan guru tidak kehabisan tenaga apalagi kalau guru mengajar pada setiap jam pelajaran.
  • Peserta didik dapat lebih banyak melakukan kegiatan belajar sebab tidak hanya mendengarkan uraian guru, tetapi juga aktivitas lain seperti mengamati, melakukan, mendemonstrasikan, memerankan dan lain-lain.

Berdasarkan analisis pemaparan di atas, dapat ditarik kesimpulan beberapa kegunaan praktis dari penggunaan media pembelajaran di dalam proses belajar mengajar, adalah sebagai berikut :

  1. Media pembelajaran dapat memperjelas penyajian peran dan informasi sehingga dapat memperlancar dan meningkatkan proses dan hasil belajar.
  2. Media pembelajaran dapat meningkatkan dan mengarahkan perhatian anak sehingga dapat menimbulkan motivasi belajar, interaksi yang lebih langsung antara peserta didik dan lingkungannya, dan kemungkinan peserta didik untuk belajar sendiri-sendiri sesuai dengan kemampuan dan minatnya.
  3. Media pembelajaran dapat mengatasi keterbatasan indera, ruang dan waktu.

[1] Dkk Arief Sadiman, Media Pendidikan Pengertian, Pengembangan Dan Pemanfaatannya (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2002).

[2] Azhar Arsyad, Media Pengajaran (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1997).

[3] Ibid

[4] Ibid

[5] Ibid

[6] dkk Gilarso, T, Program Pengalaman Lapangan (Micro Teaching) (Yogyakarta: Andi Offset, 2008).

[7] Arsyad, Media Pengajaran.

[8] Oemar Hamalik, Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem (Jakarta: Bumi Aksara, 2003).

[9] Sudarwan Danim, Media Komunikasi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 1995).

[10] Arief Sadiman, Media Pendidikan Pengertian, Pengembangan Dan Pemanfaatannya.(Jakarta: Raja Grafindo, 2002)

[11] Oemar Hamalik, Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem.

[12] Danim, Media Komunikasi Pendidikan,.

You can customize the color, shadow, style, text, title, etc of your accordion on your WordPress website using accordion widget from Elementskit addons for Elementor.

You can customize the color, shadow, style, text, title, etc of your accordion on your WordPress website using accordion widget from Elementskit addons for Elementor.

Miftah Studio @copyright 2023